
Sesuai dg kesepakatan yg tak tertulis, perang meriam bambu juga melibatkan meriam karbit yg sudah menjadi tradisi menyambut Lebaran Idul Fitri sejak puluhan tahun lalu yg di adakan setiap malam kedua lebaran. Perang budee trieng (meriam bambu) yg biasa berlangsung pd malam lebaran pertama di tunda menjadi malam lebaran kedua. Ada imbauan supaya tidak melakukan kegiatan bersifat huru hara pd malam takbiran.
Festival
perang meriam bambu ini telah berlangsung selama puluhan tahun lalu.
Namun, tidak dapat di peroleh imformasi yg akurat tentang asal muasal
munculnya tradisi yg melibatkan puluhan desa di sepanjang aliran krueng
baroe dan krueng Rubee ini. Tradisi ini sempat menghilang pd tahun 2000,
seiring membaranya kembali konflik bersenjata di Aceh, pascaruntuhnya
pemerintahan Orde Baru
dan di cabutnya status DOM di Aceh. Saat itu aparat keamanan melarang
segala bunyi-bunyian yg mirip suara bahan peledak, termasuk meriam bambu
dan bom karbit.
Tapi, pasca pendeklerasian piagam GARDA MoU Helsinki suasana perang meriam bambu kian MembahaNa bak medan perang yg lebih dahsyat di banding Perang Dunia II.
Sebagai gambaran, karnavaL perang meriam bambu yg melibatkan puluhan
desa di tiga kecamatan (Garot, Indrajaya dan Delima) di sepanjang aliran
sungai krueng baroe dan krueng rubee ini, bisa menghabiskan dana 100
juta. Biaya tersebut di peroleh dari sumbangan warga yg umumnya
merupakan perantau.
Bahkan di Ulee Tutue Raya Aree, pengumpulan dana di lakukan hingga ke Malaysia & Australia, dua negara yg memang menjadi tujuan utama PERANTAU ASAL PIDIE..
SUDAH SAATJIH KARNAVAL BUDEE TRIENG NYOE TAPROMOSI SAMPE U LUWA NANGGROE SUPAYA DUNIA INTERNASIONAL BERDECAK KAGUM KEU Komunitas Pidie Raya Sigom Donya ATAU BILA PEURLEE LON TUAN Amad SAleem SEULAKU WAREUGA PIDIE MENYAMPAIKAN KE UNESCO AGAR MEMASUKKAN KE Guinness World Records.
KIBAN SYEDARA-SYEDARA LON ....
NA MEUTRAAAPPPPPPP...????????